Semangat anti-kolonialisme
merupakan salah satu nilai penting yang menjadi penggerak kebangkitan nasional
Indonesia dalam melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Perjuangan para tokoh
pergerakan nasional dalam menentang kekuasaan kolonial Belanda telah membawa
angin segar kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Namun, di era keterbukaan
informasi saat ini, semangat anti-kolonialisme perlu dibumikan kembali dengan
cara yang lebih modern dan relevan.
Kita perlu mengingat kembali semangat anti-kolonialisme yang terjadi sebelum Indonesia merdeka, seperti
- Perang Padri (1803-1838), merupakan perlawanan rakyat Minangkabau yang dipimpin oleh kaum adat dan agama Islam melawan kekuasaan kolonial Belanda. Perang ini dipelopori oleh tokoh seperti Tuanku Imam Bonjol dan bertujuan untuk mempertahankan adat istiadat dan agama dari pengaruh Barat.
- Perang Diponegoro (1825-1830), merupakan perlawanan besar yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro melawan kekuasaan Belanda. Perang ini dilatarbelakangi oleh kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang dianggap merugikan rakyat Jawa dan mengancam eksistensi kerajaan-kerajaan di Jawa.
- Perang Banjar (1859-1905), merupakan perlawanan rakyat Banjar, Kalimantan Selatan, yang dipimpin oleh Pangeran Antasari melawan kekuasaan kolonial Belanda. Perang ini bermula dari penolakan rakyat Banjar terhadap campur tangan Belanda dalam urusan politik dan keagamaan di wilayah mereka.
- Perang Aceh (1873-1904), merupakan perlawanan rakyat Aceh yang dipimpin oleh para ulama dan sultan setempat melawan upaya penjajahan Belanda di Aceh. Perang ini berlangsung cukup lama dan memakan banyak korban dari kedua belah pihak karena semangat anti-kolonialisme yang tinggi dari rakyat Aceh.
- Sumpah Pemuda (1928) yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928 merupakan momentum penting dalam mempersatukan semangat anti-kolonialisme dari seluruh pemuda Indonesia. Sumpah ini menegaskan persatuan Indonesia, berbahasa satu (Indonesia), dan menghormati tanah air yang satu (Indonesia).
- Gerakan Budi Utomo (1908), merupakan organisasi pertama yang didirikan oleh kalangan terpelajar pribumi untuk memperjuangkan kemajuan bangsa Indonesia. Organisasi ini menjadi cikal bakal gerakan nasionalisme dan anti-kolonialisme di Indonesia.
Semangat anti-kolonialisme ini terus membara dan menjadi pemicu utama dalam perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda pada tahun 1945. Terkait kolonialisme, bentuk kolonialisme saat ini memang tidak lagi seperti dahulu kala, tetapi telah bermetamorfosis menjadi bentuk yang lebih halus dan tersembunyi. Inovasi budaya asing yang masif melalui media massa dan internet dapat dianggap sebagai bentuk neo-kolonialisme yang mengancam eksistensi budaya lokal. Penguasaan teknologi dan informasi oleh negara-negara maju juga berpotensi menciptakan ketergantungan negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Oleh karena itu, penting bagi bangsa Indonesia untuk tetap menjaga kewaspadaan dan semangat anti-kolonialisme di tengah derasnya arus globalisasi. Upaya untuk memperkuat identitas dan jati diri bangsa harus terus dilakukan, baik melalui pendidikan maupun pemberdayaan masyarakat. Penanaman nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air sejak dini sangat penting untuk membentengi generasi muda dari pengaruh negatif globalisasi.
Di samping itu, bangsa Indonesia juga perlu meningkatkan daya saing dan kemandirian di berbagai bidang, terutama dalam hal ekonomi dan teknologi. Ketergantungan yang berlebihan terhadap produk dan teknologi asing berpotensi menciptakan bentuk kolonialisme baru yang dapat mengancam kedaulatan bangsa. Semangat kemandirian dan kerjasama regional dengan negara-negara berkembang lainnya perlu terus dipupuk untuk memperkuat posisi tawar Indonesia di kancah global.
Dengan menjaga semangat
anti-kolonialisme yang telah diwariskan oleh para pendahulu bangsa, Indonesia
akan mampu menghadapi tantangan globalisasi dengan tetap kokoh memegang teguh
jati diri dan kedaulatan sebagai bangsa yang merdeka.
Penulis: Rina Ari Rohmah, M.Pd.
(Dosen Universitas Pasir Pengaraian; Mahasiswa Program Studi Pendidikan Program
Doktor Universitas Riau).